LAPORAN PRAKTIKUM DASAR AGRONOMI
“MENGIDENTIFIKASI JENIS POLA TANAM”
Dosen pengampu : APRILIA HARTANTI,S.P,M.P
Disusun oleh :
Irmatussiyam ( 15.141.0018 )
PROGRAM STUDI
AGROTEKNOLOGI
UNIVERSITAS
PANCA MARGA KABUPATEN PROBOLINGGO
JALAN YOS
SUDARSO PABEAN DRINGU KABUPATEN PROBOLINGGO
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Sektor pertanian di indonesia memang bisa
dikatakan cukup luas, oleh sebab itu rata-rata penduduk indonesia berprofesi
sebagai petani. Untuk menghasilkhan hasil yang maksimal maka salah satu faktor
yang harus di perhatikan adalah pola tanam. Pelaksanaan pola tanam juga harus
mengkondisikan tempat/lokasi dimana tanaman itu akan tumbuh nantinya. Dalam
bercocok tanam, terdapat beberapa pola tanam agar efisien dan memudahkan kita
dalam penggunaan lahan, dan untuk menata ulang kalender penanaman. Pola tanam
sendiri ada tiga macam, yaitu : monokultur, polikultur (tumpangsari), dan
rotasi tanaman. Ketiga pola tanam tersebut memiliki nilai plus dan minus
tersendiri. Pola tanam memiliki arti penting dalam sistem produksi tanaman.
Dengan pola tanam ini berarti memanfaatkan dan memadukan berbagai komponen yang
tersedia (agroklimat, tanah, tanaman, hama dan penyakit, keteknikan dan sosial
ekonomi). Pola tanam di daerah tropis seperti di Indonesia, biasanya disusun
selama 1 tahun dengan memperhatikan curah hujan (terutama pada daerah/lahan
yang sepenuhnya tergantung dari hujan. Maka pemilihan jenis/varietas yang
ditanampun perlu disesuaikan dengan keadaan air yang tersedia ataupun curah
hujan. Pola tanam yang paling banyak di gunakan adalah sistem monokultur,
sedang Monokultur adalah salah satu cara budidaya di lahan pertanian dengan
menanam satu jenis tanaman pada satu areal. Monokultur menjadikan penggunaan
lahan efisien karena memungkinkan perawatan dan pemanenan secara cepat dengan
bantuan mesin pertanian dan menekan biaya tenaga kerja karena wajah lahan
menjadi seragam.Tapi yang kita bahas kali ini adalah pola tanam polikultur yang
terdiri dari : Tumpang sari (Intercropping),Tumpang gilir (Multiple Cropping),
Tanaman Bersisipan ( Relay Cropping ), Tanaman Campuran ( Mixed Cropping ).
QUISIONER TUMPANG SARI
Nama petani :
Sanam Qurais/ima
Lokasi :
Desa Suko,Kecamatan Maron, Kabupaten Probolinggo
Sistem pola tumpang : Tanaman campuran ( mixed cropping )
Jenis Tanaman :
1. Timun
2. Sengon
3. Cabai
4. Terong
5. jagung
jarak tanam :
-
Alasan :
Sebagai percobaan dan mengoptimalkan hasil pertanian dengan
mendapatkan hasil panen beragam yang menguntungkan.
Foto pola tumpang tanaman campuran ( mixed cropping )
Nama petani : Bapak Sis
Lokasi :
Desa Suko Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo
Sistem Pola tumpang : tanaman bersisipan ( relay cropping )
Jenis tanaman :
1. jagung
2. Sengon
3. timun suri
jarak tanam :
30 cm x 60 cm
Alasan :
untuk mengefisiensi lahan agar mendapatkan hasil pertanian yang
menguntungkan.
Pupuk : ZA dan phonska
Foto pola tumpang tanaman
bersisipan ( relay cropping )
Nama petani :
Bapak Akmo
Lokasi :
Desa Suko Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo
Sistem pola tumpang :
tumpang sari ( inter cropping )
Jenis Tanaman :
1. Jagung
2. Timun suri
Jarak tanam : 30 cm x20 cm
Alasan : untuk
mengefisiensi lahan agar mendapatkan hasil yang menguntungkan dan tanaman
tersebut juga digunakan untuk kebutuhan sehari-hari para petani
Pupuk : urea
Foto pola tumpang sari ( inter
cropping )
Nama petani :
Pak Edi
Lokasi : Dringu,Dusun Kedung Bajul Kabupaten Probolinggo
Sistem pola tumpang : tumpang gilir (
multiple cropping )
Jenis Tanaman :
1. jagung
2. Kedelai
Jarak tanam :
jarak tanam jagung 70 cm x 60 cm
Jarak tanam kedelai tidak diatur
Alasan :
menunggu hujan(menyesuaikan iklim),karena pada saat penanaman kedelai tidak turun hujan,maka
petani mengambil langkah untuk mengantisipasi hasil pertanian dengan menanam
tanaman jagung.
Foto pola tumpang gilir (
multiple cropping )
Kesimpulan
Tumpang sari
(Intercropping)
Tumpangsari adalah penanaman lebih dari satu
tanaman pada waktu yang bersamaan atau selama periode tanam pada satu tempat
yang sama. Beberapa keuntungan dari sistem tumpangsari antara lain pemanfaatan
lahan kosong disela-sela tanaman pokok, peningkatan produksi total persatuan
luas karena lebih efektif dalam penggunaan cahaya, air serta unsur hara,
disamping dapat mengurangi resiko kegagalan panen dan menekan pertumbuhan gulma
Keuntungan tumpang
sari yaitu:
1.
Mencegah dan mengurangi pengangguran musim
2.
Memperbaiki keseimbangan gizi masyarakat petani
3.
Adanya pengolahan tanah yang minimal
4.
Jika tanaman tumpang sari berhasil semua, masih
dapat diperoleh nilai tambah
5.
Mengurangi erosi dan jika salah satu tanaman
gagal panen, dapat diperoleh tanaman yang satu lagi (Thahir, 1999).
Salah satu jenis tanaman yang dapat
dijadikan sebagai tanaman sela pada tanaman jagung adalah tanaman kedelai.
Tanaman jagung dan kedelai memungkinkan untuk ditumpangsari karena tanaman
jagung menghendaki nitrogen tinggi, sementara kedelai dapat memfiksasi nitrogen
dari udara bebas sehingga kekurangan nitrogen pada jagung terpenuhi oleh kelebihan
nitrogen pada kedelai
Jagung dan kedelai yang ditanam secara tumpang
sari akan terjadi kompetisi dalam memperebutkan unsur hara, air dan sinar
matahari. Sehingga pengaturan sistem tanam dan pemberian pupuk sangat penting
untuk mengurangi terjadinya kompetisi tersebut.
b. Tumpang gilir (
Multiple Cropping ),dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan
mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum.
Faktor-faktor tersebut adalah :
1.
Pengolahan yang bisa dilakukan dengan menghemat
tenaga kerja, biaya pengolahan tanah dapat ditekan, dan kerusakan tanah sebagai
akibat terlalu sering diolah dapat dihindari
2.
Hasil panen secara beruntun dapat memperlancar
penggunaan modal dan meningkatkan produktivitas lahan
3.
Dapat mencegah serangan hama dan penyakit yang
meluas
4.
Kondisi lahan yang selalu tertutup tanaman,
sangat membantu mencegah terjadinya erosi
5.
Sisa komoditi tanaman yang diusahakan dapat
dimanfaatkan sebagai pupuk hijau
c. Tanaman
Bersisipan ( Relay Cropping ),
Merupakan pola tanam dengan menyisipkan satu
atau beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok (dalam waktu tanam yang
bersamaan atau waktu yang berbeda).
Pada umumnya tipe ini dikembangkan untuk
mengintensifikasikan lahan. Dengan demikian kemampuan lahan untuk menghasilkan
sesuatu produk pangan semakin tergali. Oleh karena itu pengelola dituntut untuk
semakin jeli menentukan tanaman apa yang perlu disisipkan agar waktu dan nilai
ekonomisnya dapat membantu dalam usaha meningkatkan pendapatan.
d. Tanaman
Campuran ( Mixed Cropping ),
Merupakan
penanaman terdiri beberapa tanaman dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun
larikannya, semua tercampur jadi satu. Lahan efisien, tetapi rentan terhadap
ancaman hama dan penyakit.
Salam mitalom gaes!!!
0 komentar:
Posting Komentar