Facebook

Rabu, 08 Juni 2016

laporan praktikum mengidentifikasi jenis pola tanam



LAPORAN PRAKTIKUM DASAR AGRONOMI
“MENGIDENTIFIKASI JENIS POLA TANAM”

Dosen pengampu : APRILIA HARTANTI,S.P,M.P

http://4.bp.blogspot.com/_saDAs2F75AA/SSLiXN-T8lI/AAAAAAAAADg/0PUbqn_NSMY/s400/Faperta+UPM.jpg

Disusun oleh       : Irmatussiyam ( 15.141.0018 )


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
UNIVERSITAS PANCA MARGA KABUPATEN PROBOLINGGO
JALAN YOS SUDARSO PABEAN DRINGU KABUPATEN PROBOLINGGO



PENDAHULUAN

1.      Latar belakang

Sektor pertanian di indonesia memang bisa dikatakan cukup luas, oleh sebab itu rata-rata penduduk indonesia berprofesi sebagai petani. Untuk menghasilkhan hasil yang maksimal maka salah satu faktor yang harus di perhatikan adalah pola tanam. Pelaksanaan pola tanam juga harus mengkondisikan tempat/lokasi dimana tanaman itu akan tumbuh nantinya. Dalam bercocok tanam, terdapat beberapa pola tanam agar efisien dan memudahkan kita dalam penggunaan lahan, dan untuk menata ulang kalender penanaman. Pola tanam sendiri ada tiga macam, yaitu : monokultur, polikultur (tumpangsari), dan rotasi tanaman. Ketiga pola tanam tersebut memiliki nilai plus dan minus tersendiri. Pola tanam memiliki arti penting dalam sistem produksi tanaman. Dengan pola tanam ini berarti memanfaatkan dan memadukan berbagai komponen yang tersedia (agroklimat, tanah, tanaman, hama dan penyakit, keteknikan dan sosial ekonomi). Pola tanam di daerah tropis seperti di Indonesia, biasanya disusun selama 1 tahun dengan memperhatikan curah hujan (terutama pada daerah/lahan yang sepenuhnya tergantung dari hujan. Maka pemilihan jenis/varietas yang ditanampun perlu disesuaikan dengan keadaan air yang tersedia ataupun curah hujan.  Pola tanam yang paling banyak di gunakan adalah sistem monokultur, sedang Monokultur adalah salah satu cara budidaya di lahan pertanian dengan menanam satu jenis tanaman pada satu areal. Monokultur menjadikan penggunaan lahan efisien karena memungkinkan perawatan dan pemanenan secara cepat dengan bantuan mesin pertanian dan menekan biaya tenaga kerja karena wajah lahan menjadi seragam.Tapi yang kita bahas kali ini adalah pola tanam polikultur yang terdiri dari : Tumpang sari (Intercropping),Tumpang gilir (Multiple Cropping), Tanaman Bersisipan ( Relay Cropping ), Tanaman Campuran ( Mixed Cropping ).








QUISIONER TUMPANG SARI
Nama petani                            : Sanam Qurais/ima
Lokasi                                     : Desa Suko,Kecamatan Maron, Kabupaten Probolinggo
Sistem pola tumpang               : Tanaman campuran ( mixed cropping )
Jenis Tanaman                         :
1.      Timun
2.      Sengon
3.      Cabai
4.      Terong
5.      jagung
jarak tanam                              : -
Alasan                                     : Sebagai percobaan dan mengoptimalkan hasil pertanian dengan mendapatkan hasil panen beragam yang menguntungkan.
Foto pola tumpang tanaman campuran ( mixed cropping )



Nama petani                            : Bapak Sis
Lokasi                                     : Desa Suko Kecamatan Maron Kabupaten  Probolinggo
Sistem Pola tumpang              : tanaman bersisipan ( relay cropping )
Jenis tanaman                          :
1.      jagung
2.      Sengon
3.      timun suri
jarak tanam                              : 30 cm x 60 cm
Alasan                                     : untuk mengefisiensi lahan agar mendapatkan hasil pertanian yang menguntungkan.
Pupuk                                      : ZA dan phonska
Foto pola tumpang tanaman bersisipan ( relay cropping )


Nama petani                            : Bapak Akmo
Lokasi                                     : Desa Suko Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo
Sistem pola tumpang               : tumpang sari ( inter cropping )
Jenis Tanaman                         :
1.      Jagung
2.      Timun suri
Jarak    tanam                          : 30 cm x20 cm
Alasan                                     : untuk mengefisiensi lahan agar mendapatkan hasil yang menguntungkan dan tanaman tersebut juga digunakan untuk kebutuhan sehari-hari para petani
Pupuk                                      : urea
Foto pola tumpang sari ( inter cropping )





Nama petani                            : Pak Edi
Lokasi                                                 : Dringu,Dusun Kedung Bajul Kabupaten Probolinggo
Sistem pola tumpang               : tumpang gilir ( multiple cropping )
Jenis Tanaman                         :
1.      jagung
2.      Kedelai
Jarak tanam                             : jarak tanam jagung 70 cm x 60 cm
                                                  Jarak tanam kedelai  tidak diatur
Alasan                                     : menunggu hujan(menyesuaikan iklim),karena pada saat  penanaman kedelai tidak turun hujan,maka petani mengambil langkah untuk mengantisipasi hasil pertanian dengan menanam tanaman jagung.
Foto pola tumpang gilir ( multiple cropping )


Kesimpulan

Tumpang sari (Intercropping)
Tumpangsari adalah penanaman lebih dari satu tanaman pada waktu yang bersamaan atau selama periode tanam pada satu tempat yang sama. Beberapa keuntungan dari sistem tumpangsari antara lain pemanfaatan lahan kosong disela-sela tanaman pokok, peningkatan produksi total persatuan luas karena lebih efektif dalam penggunaan cahaya, air serta unsur hara, disamping dapat mengurangi resiko kegagalan panen dan menekan pertumbuhan gulma
     Keuntungan tumpang sari yaitu:
1.      Mencegah dan mengurangi pengangguran musim
2.      Memperbaiki keseimbangan gizi masyarakat petani
3.      Adanya pengolahan tanah yang minimal
4.      Jika tanaman tumpang sari berhasil semua, masih dapat diperoleh nilai tambah
5.      Mengurangi erosi dan jika salah satu tanaman gagal panen, dapat diperoleh tanaman yang satu lagi (Thahir, 1999).
            Salah satu jenis tanaman yang dapat dijadikan sebagai tanaman sela pada tanaman jagung adalah tanaman kedelai. Tanaman jagung dan kedelai memungkinkan untuk ditumpangsari karena tanaman jagung menghendaki nitrogen tinggi, sementara kedelai dapat memfiksasi nitrogen dari udara bebas sehingga kekurangan nitrogen pada jagung terpenuhi oleh kelebihan nitrogen pada kedelai
 Jagung dan kedelai yang ditanam secara tumpang sari akan terjadi kompetisi dalam memperebutkan unsur hara, air dan sinar matahari. Sehingga pengaturan sistem tanam dan pemberian pupuk sangat penting untuk mengurangi terjadinya kompetisi tersebut.
b.      Tumpang gilir ( Multiple Cropping ),dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum.
Faktor-faktor tersebut adalah :
1.      Pengolahan yang bisa dilakukan dengan menghemat tenaga kerja, biaya pengolahan tanah dapat ditekan, dan kerusakan tanah sebagai akibat terlalu sering diolah dapat dihindari
2.      Hasil panen secara beruntun dapat memperlancar penggunaan modal dan meningkatkan produktivitas lahan
3.      Dapat mencegah serangan hama dan penyakit yang meluas
4.      Kondisi lahan yang selalu tertutup tanaman, sangat membantu mencegah terjadinya erosi
5.      Sisa komoditi tanaman yang diusahakan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk hijau

c.       Tanaman Bersisipan ( Relay Cropping ),
Merupakan pola tanam dengan menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok (dalam waktu tanam yang bersamaan atau waktu yang berbeda).
Pada umumnya tipe ini dikembangkan untuk mengintensifikasikan lahan. Dengan demikian kemampuan lahan untuk menghasilkan sesuatu produk pangan semakin tergali. Oleh karena itu pengelola dituntut untuk semakin jeli menentukan tanaman apa yang perlu disisipkan agar waktu dan nilai ekonomisnya dapat membantu dalam usaha meningkatkan pendapatan.

d.      Tanaman Campuran ( Mixed Cropping ),
Merupakan penanaman terdiri beberapa tanaman dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya, semua tercampur jadi satu. Lahan efisien, tetapi rentan terhadap ancaman hama dan penyakit.
 Salam mitalom gaes!!!




0 komentar:

Posting Komentar